Kemarin siang di kantor, Yaya keluar dari ruang TU setelah selesai minta nomor surat, kemudian gak sengaja papasan dengan seorang Bapak Kepala Bagian yang ruangannya tepat di depan ruang TU.
"Eh si Yaya, sini dulu yok. Lagi sibuk gak?"
"Gak juga sih Pak."
"Eh si Yaya, sini dulu yok. Lagi sibuk gak?"
"Gak juga sih Pak."
Kemudian si Bapak ngajak Yaya ikut ke ruangannya dan duduk ngobrol-ngobrol di sofa.
"Yaya, kata ibunya belum punya pacar ya?"
"Eng...belum Pak" (Mulai menebak-nebak arah perbincangan)
"Dengan anak saya mau gak?"
"Eng...gak tau Pak." (Nah lho, bingung mau jawab apa)
"Kenapa? Mau nyari orang Palembang ya? Eh tapi ibunya Jawa kan, atau mau yang Jawa juga?"
"Gak juga sih Pak, sedapetnya aja." (Gak bisa berenti senyum-senyum kebingungan)
"Beneran belum punya pacar? Udah ada kali ya."
"Belum ada Pak."
"Yaudah sama anak saya aja, nanti saya bilang sama ibunya"
"Hehe...gak tau Pak." (Gak kepikiran jawaban lain)
"Yaudah. Dipikir-pikirlah dulu aja ya."
"Oh, iya Pak. Yaudah, Yaya permisi dulu ya Pak."
"Iya."
"Yaya, kata ibunya belum punya pacar ya?"
"Eng...belum Pak" (Mulai menebak-nebak arah perbincangan)
"Dengan anak saya mau gak?"
"Eng...gak tau Pak." (Nah lho, bingung mau jawab apa)
"Kenapa? Mau nyari orang Palembang ya? Eh tapi ibunya Jawa kan, atau mau yang Jawa juga?"
"Gak juga sih Pak, sedapetnya aja." (Gak bisa berenti senyum-senyum kebingungan)
"Beneran belum punya pacar? Udah ada kali ya."
"Belum ada Pak."
"Yaudah sama anak saya aja, nanti saya bilang sama ibunya"
"Hehe...gak tau Pak." (Gak kepikiran jawaban lain)
"Yaudah. Dipikir-pikirlah dulu aja ya."
"Oh, iya Pak. Yaudah, Yaya permisi dulu ya Pak."
"Iya."