Kemarin siang di kantor, Yaya keluar dari ruang TU setelah selesai minta nomor surat, kemudian gak sengaja papasan dengan seorang Bapak Kepala Bagian yang ruangannya tepat di depan ruang TU.
"Eh si Yaya, sini dulu yok. Lagi sibuk gak?"
"Gak juga sih Pak."
Yaya bingung mesti gimana. Lha wong dia dengan Bapaknya juga baru kenal, dengan anaknya mah boro-boro kenal, tau dan lihat pun gak pernah. Kalo si Bapak bilangnya coba dikenalin dulu, mungkin Yaya berpikir gak masalah kenal-kenalan dulu aja. Tapi si Bapak langsung nanya mau gak, kayak udah langsung deal, jadi atau gak. Makanya Yaya bingung jawabnya gimana.
Sebenarnya di umur segini, keinginan untuk menuju ke arah sana (menikah) itu udah ada dalam benaknya. Apalagi kalo dapet undangan nikah si ini si itu, Yaya langsung kepikiran "gue kapan...." Hahaha. Tapi yah gimana, lha wong calonnya juga dia belum ada. Emangnya udah siap? Gak akan pernah siap kalo gak dicoba. Betul kan. Dan urusan calonnya, biar Allah yang urus. Yaya sih siap aja. Bila waktunya sudah tepat, Allah langsung kirim pasangannya. Insyaa Allah, Aamiin.
"Eh si Yaya, sini dulu yok. Lagi sibuk gak?"
"Gak juga sih Pak."
Kemudian si Bapak ngajak Yaya ikut ke ruangannya dan duduk ngobrol-ngobrol di sofa.
"Yaya, kata ibunya belum punya pacar ya?"
"Eng...belum Pak" (Mulai menebak-nebak arah perbincangan)
"Dengan anak saya mau gak?"
"Eng...gak tau Pak." (Nah lho, bingung mau jawab apa)
"Kenapa? Mau nyari orang Palembang ya? Eh tapi ibunya Jawa kan, atau mau yang Jawa juga?"
"Gak juga sih Pak, sedapetnya aja." (Gak bisa berenti senyum-senyum kebingungan)
"Beneran belum punya pacar? Udah ada kali ya."
"Belum ada Pak."
"Yaudah sama anak saya aja, nanti saya bilang sama ibunya"
"Hehe...gak tau Pak." (Gak kepikiran jawaban lain)
"Yaudah. Dipikir-pikirlah dulu aja ya."
"Oh, iya Pak. Yaudah, Yaya permisi dulu ya Pak."
"Iya."
Perbincangan pun selesai, kemudian Yaya menutup pintu dan pergi. Masih dengan kebingungan, nahan senyum, dan pengen ketawa ngakak. Hahaha....
"Yaya, kata ibunya belum punya pacar ya?"
"Eng...belum Pak" (Mulai menebak-nebak arah perbincangan)
"Dengan anak saya mau gak?"
"Eng...gak tau Pak." (Nah lho, bingung mau jawab apa)
"Kenapa? Mau nyari orang Palembang ya? Eh tapi ibunya Jawa kan, atau mau yang Jawa juga?"
"Gak juga sih Pak, sedapetnya aja." (Gak bisa berenti senyum-senyum kebingungan)
"Beneran belum punya pacar? Udah ada kali ya."
"Belum ada Pak."
"Yaudah sama anak saya aja, nanti saya bilang sama ibunya"
"Hehe...gak tau Pak." (Gak kepikiran jawaban lain)
"Yaudah. Dipikir-pikirlah dulu aja ya."
"Oh, iya Pak. Yaudah, Yaya permisi dulu ya Pak."
"Iya."
Perbincangan pun selesai, kemudian Yaya menutup pintu dan pergi. Masih dengan kebingungan, nahan senyum, dan pengen ketawa ngakak. Hahaha....
Yaya bingung mesti gimana. Lha wong dia dengan Bapaknya juga baru kenal, dengan anaknya mah boro-boro kenal, tau dan lihat pun gak pernah. Kalo si Bapak bilangnya coba dikenalin dulu, mungkin Yaya berpikir gak masalah kenal-kenalan dulu aja. Tapi si Bapak langsung nanya mau gak, kayak udah langsung deal, jadi atau gak. Makanya Yaya bingung jawabnya gimana.
Sebenarnya di umur segini, keinginan untuk menuju ke arah sana (menikah) itu udah ada dalam benaknya. Apalagi kalo dapet undangan nikah si ini si itu, Yaya langsung kepikiran "gue kapan...." Hahaha. Tapi yah gimana, lha wong calonnya juga dia belum ada. Emangnya udah siap? Gak akan pernah siap kalo gak dicoba. Betul kan. Dan urusan calonnya, biar Allah yang urus. Yaya sih siap aja. Bila waktunya sudah tepat, Allah langsung kirim pasangannya. Insyaa Allah, Aamiin.
No comments:
Post a Comment