20 June 2018

Tentang Doa dan Jodoh

Di usia yang sekarang, jodoh memang menjadi keinginan yang selalu disebut dalam doa.
Selain mendoakan kedua orang tua, keselamatan dunia akhirat, rezeki yang halal lagi barokah, serta hidayah, dan lain-lain.
Kala meminta jodoh, terkadang kita mungkin menyimpan harapan pada sebuah nama.
Lalu haruskah menyebutnya dalam doa?
Namun aku rasanya tak berani.
Hanya tak yakin apa benar nama itu adalah yang terbaik.
Seandainya bukan, tidakkah akan menjadi kecewa?

17 June 2018

Janji Manis atau Janji Konyol ?

Terinspirasi dari kisah di instagram stories @sundarihana yang lebih dikenal sebagai bulek Hana, buleknya si Kirana @retnohening, tentang Janji Manis dari seseorang di masa lalunya jaman SMA. Kejadiannya delapan tahun silam, tahun 2010, Hana sedang makan dengan seorang teman cowok. Lalu si cowok nanya, "Tahun 2018 Pak Sukis (Ayah Hana) masih tinggal di Duri, Han?" "Iya, kenapa?", jawab Hana. "Tahun 2018 mau kesana ngelamar anaknya." Ternyata si cowok janji akan datang melamar ke rumah menemui orang tuanya pada tahun 2018. Terdengar manis kan, apalagi bagi cewek-cewek yang masih berseragam putih abu-abu. Tentulah kalimat itu menumbuhkan benih-benih virus merah jambu. Walau nyatanya tahun 2018, mereka tak bersatu. Mereka menikah dengan pasangan masing-masing yang berbeda.

Skip. Ini bukan kisah tentang mereka. Kali ini tentang Dinda dan Rian. Dengan janji manis yang serupa tapi tak sama.

13 June 2018

Cerpen : Berakhir di sini

Berakhir Di Sini


Aku duduk sendirian di keramaian ruang tunggu bandara. Penerbanganku masih tiga puluh menit lagi. Berkali-kali aku membuka smartphone, mencari nama seseorang di Whatsapp, mengetikkan beberapa kalimat. Tapi kemudian kuhapus dan kututup lagi smartphoneku. Haruskah aku mengabarinya atau menunggu setelah sampai disana atau tidak sama sekali?

Aku akan berangkat liburan ke tempat pamanku di desa, dulu rumah kakek dan nenek juga. Tapi karena mereka sudah tiada, pamanku yang tinggal disana sekarang. Aku minta ijin bunda untuk liburan sendirian. Untungnya bunda mengijinkan karena tujuanku bukan tempat asing, hanya ke desa kelahirannya dan hanya tiga hari disana. Aku butuh udara segar desa menjauh dari kebisingan kota dan rehat sejenak dari penatnya pekerjaan. Benarkah ini tujuan sebenarnya? Atau aku justru mau menemui seseorang? Yang membuatku berulang kali membuka smartphoneku saat ini.

10 June 2018

TB Tulang, My Sick My Adventure (Part 3 - End)

Kembali melanjutkan kisah lama. Udah lewat setahun, tapi ceritanya ga rampung-rampung. Mumpung kali ini niat nulis lagi ada. Berikut ini link sebelumnya:

Ujian Berat di Ruang ICU

Aku terbangun tersentak, selang yang masuk lewat mulut terasa menutup tenggorokan, membuatku sesak, susah untuk bernafas. Aku belum bisa menyesuaikan diri dengan alat bantu pernafasan yang terpasang. Badanku meronta tapi tangan kakiku gak bisa digerakkan. Aku masih setengah sadar, mataku belum benar-benar terbuka. Tapi aku bisa mendengar suara-suara dokter dan perawat yang menyuruhku tenang.

Dokter : Tenang, nafas kayak biasa. Nafas aja. Jangan ditelen selangnya.

Dengan kondisi masih setengah sadar, lemah, dan kesakitan, dalam hati mendadak emosi denger dokter yang masih sempatnya bercanda makan selang. Dalam hati rasanya teriak "Ya Allah gimana mau nafas, nyangkut di tenggorokan, sakit." Air mata mulai mengalir. Setelah beberapa lama, akhirnya aku mulai bisa menyesuaikan diri bernafas denan alat. Aku mulai tenang. Tapi tetap terasa sakit karena selang yang nyangkut di tenggorokan.

Saat kondisiku sudah mulai benar-benar sadar. Aku mulai bisa melihat kondisi ruangan. Pikiranku mulai menyebar kemana-mana. Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Inikah ruang ICU? Mana ibu ayah? Apa aku jadi dioperasi?