22 May 2016

Cerpen Fiksi : Pelangi & Rubik (5)

Dear Rubik, Sahabatku....
Aku kembali. Maafkan aku pergi terlalu lama. Apakah kau marah padaku? Bukan keinginanku, sungguh. Andai bisa, aku ingin datang setiap hari. Kau tau kan, aku bergantung pada hujan dan matahari. Dan ternyata mereka tak bersahabat dengan kita. Hingga delapan puluh delapan hari berlalu sejak pesanmu yang terakhir, aku baru bisa kembali. Lebih tepatnya seratus delapan puluh delapan hari sejak kedatanganku terakhir kali. Kuharap kau dapat mengerti.

Hemmm.... apa kau benar-benar merindukanku? Warna-warniku? Apa kau serius dengan semua yang telah kau katakan? Maafkan aku yang selama ini tak mengerti karena kau tak pernah terus terang. Kenapa kau baru berani bilang setelah aku menghilang? Atau kau hanya merasa kehilangan teman? Aku tak berani menebak-nebak perasaanmu padaku.

Sebenarnya jujur saja aku juga merindukanmu. Sangat. Tapi.... aku tak tahu rasa ini sekadar teman, sahabat, atau lebih, atau rasa yang lain yang tak kumengerti. Aku juga tak dapat menjelaskannya padamu. Aku takut salah mengartikan semuanya. Bantu aku.

16 May 2016

Puisi : Kelam / Keputusasaan


Di sudut gelap meratap
Meringkuk lemah tiada daya
Hilang sudah tanpa asa
Diam
Kesunyian membunuh raga
Kosong tak bernyawa
Kelam

Jiwa terkurung dalam bui
Jeruji dari kepahitan hati
Sunyi
Tak lagi berbunyi
Tangis kering tak lagi menitik
Meski luka masih mengiris
Perih

Terdiam
Terluka
Sakit
Lalu mati

15 May 2016

Cerpen : Telfon

Who do you think you are, running round leaving scars, collecting your jar of heart... Panggilan dari nomor pribadi. Dering handphone berhenti ketika tombol jawab ditekan.

"Hallo."

Hening. Tidak ada suara di ujung telfon sana.

"Hallo. Siapa?"

Tut tut tut. Panggilan terputus. Entah siapa yang menelfon. Dihubungi kembali pun tidak bisa karena tidak ada nomor yang tampil. Alfa nampak bingung. Jam menunjukkan pukul setengah lima. Ini masih terlalu pagi untuk menelfon seseorang apalagi dengan nomor tak diketahui. Apa mungkin cuma orang iseng yang ingin membangunkannya. Tapi siapa?

Tak lama kemudian handphonenya berdering lagi. Alfa langsung menekan tombol jawab. Tapi dia tidak menyapa duluan. Alfa hanya diam mencoba mendengar seseorang di ujung telfon sana. Tapi orang tersebut juga hanya diam. Dua menit berlalu hanya dalam diam. Sepertinya Alfa sudah mulai kesal.

"Hei. Kalo cuma mau diem, mending dimatiin aja. Kau tau ini jam berapa? Jangan bikin orang kesel pagi-pagi gini. Pake private number pula. Kau ini siapa?"