Sore hari di taman kota, aku duduk di sebuah bangku panjang di bawah pohon yang rindang bersama dia. Seorang pria yang telah mengisi hatiku sejak delapan tahun silam saat kami masih sama-sama di bangku SMA dan dia masih akan selalu berada di hatiku selamanya. Wajahnya nampak sangat tenang. Senyum tak pernah sirna dari wajahnya. Kami berbincang sambil sesekali tertawa riang.
Beberapa orang lewat di sekitar kami dan melihatku dengan tatapan aneh dan bingung. Sesekali mereka tertawa tertahan. Aku bertanya padanya, apakah ada sesuatu yang aneh padaku sehingga membuat mereka tertawa. Dia hanya tersenyum ramah. Aku semakin bingung, sepertinya benar-benar ada yang aneh pada diriku. Aku langsung mengambil kaca di dalam tas, mungkin ada sesuatu di wajahku atau makeup ku yang terlalu menor. Aku juga mengecek pakaianku, mungkin ada yang bolong. Tapi ternyata tidak ada apa-apa, semua nampak normal.
Aku kembali menatapnya dan bertanya sebal, beri tahu aku jika ada yang aneh padaku yang membuat mereka tertawa. Dia pun hanya tertawa ringan dan berkata bahwa tidak ada yang aneh dan mungkin mereka hanya iri pada kecantikanku. Aku memukulnya pelan sambil tertawa. Dia memang paling bisa menggodaku. Aku percaya padanya dan tak mempedulikan tatapan aneh orang-orang. Mungkin benar mereka hanya iri melihatku dan dia yang begitu mesra.