Pertemuan Singkat
Kulalui jalan setapak menuju ke rumah. Aku berjalan menunduk menatapi langkah-langkah kakiku. Awan mendung dan semilir angin menemani. Padahal ini masih siang, tapi langit begitu gelap. Kupercepat langkah agar sampai di rumah sebelum hujan turun. Namun di ujung gang, tak sengaja aku bertabrakan dengan seorang pria yang juga sedang berjalan terburu-buru. Beberapa buku yang kubawa pun terjatuh.
"Maaf." Ucap kami bersamaan.
Kemudian aku segera mengumpulkan buku-bukuku. Pria itu pun turut membantu. Saat pria itu menyerahkan bukuku, aku baru berani menatap wajahnya.
"Terima kasih. Maaf merepotkan." Ucapku seraya menerima bukuku darinya.
"Oh tidak apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf sudah menabrakmu. Tadi lari-lari takut kehujanan." Ditatapnya langit sejenak, lalu kembali berkata "Ya sudah, cepatlah sampai ke rumah sebentar lagi hujan." Ia tersenyum sebelum berbalik badan dan berlari lagi.
Sejenak aku hanya terdiam memandang punggungnya yang semakin menjauh. Namun seketika aku tersadar saat setitik air hujan mulai menetes. Aku pun segera berlari pulang.
Hujan mulai deras. Beruntung aku sudah tiba di rumah tanpa basah. Di dalam kamar, aku hanya duduk memandangi air yang mengalir di balik jendela. Tiba-tiba terlintas dalam ingatan senyuman pria tadi.
"Astaghfirullahal'adzim." Kututup mata berharap bayang senyumnya bisa terhapus dari ingatan. Pertemuan singkat itu, entah mengapa masih saja membekas.
Hujan mulai deras. Beruntung aku sudah tiba di rumah tanpa basah. Di dalam kamar, aku hanya duduk memandangi air yang mengalir di balik jendela. Tiba-tiba terlintas dalam ingatan senyuman pria tadi.
"Astaghfirullahal'adzim." Kututup mata berharap bayang senyumnya bisa terhapus dari ingatan. Pertemuan singkat itu, entah mengapa masih saja membekas.
No comments:
Post a Comment