Pukul tujuh pagi. Suasana di Lapas nampak ramai karena akan diselenggarakan apel memperingati Hari Bhakti Pemasyarakatan atau Dirgahayu Pemasyarakatan yang diperingati setiap tanggal 27 April. Apel ini akan dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM dan para pejabat dan pegawai dari beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan lainnya di sekitar kota, seperti Lapas, Rutan, Rupbasan, LPKA, dan Bapas.
Regu piket jaga semalam telah begadang dan tidak tidur untuk mempersiapkan semuanya. Nail, salah satu petugas jaga nampak sangat mengantuk dan lelah. Seharusnya ia bisa pulang selepas piket malam. Tapi pagi ini harus mengikuti apel terlebih dahulu. Nail berjalan keluar menuju kantin. Sepertinya ia membutuhkan secangkir kopi dan sarapan untuk mengembalikan tenaganya. Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum gladi dan apel dimulai. Nail berjalan dengan gontai dan sesekali menguap.
Tiba-tiba Nail hampir menabrak seorang pegawai wanita dari UPT lain. Ia segera sedikit bergeser agar pegawai tersebut bisa lewat. Tapi ternyata wanita tersebut bergeser ke arah yang sama. Kejadian ini berulang tiga kali. Mereka pun berpandangan dan tertawa. Akhirnya Nail merapatkan diri ke dinding dan mempersilahkan si wanita lewat. Pegawai wanita itu pun tersenyum dan mengangguk pelan sebelum berjalan melewati Nail.
Di kantin, segelas kopi panas sedikit menyegarkan kembali matanya yang mengantuk dan beberapa potong pisang goreng untuk sarapan pagi. Nail tersenyum sendiri mengingat kejadian di dekat pintu masuk tadi. Entah kenapa senyum wanita tersebut masih membekas di benaknya. Ia jadi penasaran dari UPT mana wanita tersebut. Jam telah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh. Nail segera menghapus senyum wanita tersebut dari pikirannya. Ia menyelesaikan sarapannya dan kembali masuk ke Lapas menuju lapangan.
Di lapangan sudah ramai pegawai dari beberapa UPT bersiap untuk berbaris. Nail mengambil barisan di bagian belakang. Ia malas untuk baris di depan. Kemudian tak sengaja ia melihat tampak belakang mirip dengan wanita tadi di barisan pegawai dari LPKA. Nail yakin itu wanita yang tadi, ia ingat bentuk kerudungnya. Entah kenapa dia merasa begitu tertarik dan terus memperhatikannya.
Apel pun dimulai dan berjalan dengan khidmat. Nail tampak tak terlalu fokus dengan apel ini. Ia masih sesekali mencuri pandang ke arah barisan pegawai LPKA. Hingga apel pun selesai. Komandan apel membubarkan barisan. Kondisi lapangan menjadi sangat riuh ramai. Nail kehilangan pandangan dari wanita tadi. Ia melihat ke segala penjuru lapangan. Sayangnya lapangan terlalu ramai dan ia tak menemukannya.
Nail menunggu di pinggir lapangan, masih berharap dapat menemukan pegawai wanita tadi. Dia merasa sangat antusias untuk berkenalan dengan wanita itu. Lima menit mencari, tapi si wanita tak kunjung terlihat lagi. Nail tersenyum masam. Ia menertawakan dirinya sendiri kenapa terlalu tertarik dengan wanita yang belum ia ketahui namanya dan sampai membuatnya menunggu dan mencari. Tapi takdir belum berpihak padanya.
Akhirnya Nail berusaha melupakan. Ia memutuskan untuk segera pulang karena rasa kantuknya kembali datang. Saat akan menuju parkiran, ia malah menemukannya. Ternyata takdir masih berpihak. Kantuknya tiba-tiba menghilang. Ia melihat wanita itu berdiri sendirian di dekat gerbang, sepertinya sedang menunggu. Dengan berani, Nail menghampiri dan menyapanya.
"Hai mbak, maaf tadi pagi hampir nabrak. Oh ya, kenalin aku Nail, pegawai Lapas sini." Ia menyodorkan tangan untuk berjabat.
Tapi sayangnya si wanita tak menyambut tangannya dan hanya mengangguk pelan sambil menyebutkan nama dan asal UPTnya. Tapi itu tak menyurutkan niatnya untuk terus mengobrol dengannya. Dari tadi ia sudah mencari-cari. Jadi kesempatan ini takkan dilewatkannya.
"Sendirian aja mbak, belum balik ke kantornya? Atau mau aku anterin?"
Nail berusaha tersenyum seramah mungkin, menunjukkan bahwa dirinya hanya bermaksud baik. Tapi dalam benaknya ia menertawakan dirinya sendiri kenapa bisa senekat ini. Sebenarnya dia sudah tahu jawabannya, pasti tidak. Mana mungkin wanita ini mau pergi dengan orang yang baru dikenalnya. Tapi ternyata jawaban pegawai wanita ini benar-benar tak terpikirkan olehnya sebelumnya.
"Makasih, Mas. Tapi saya nunggu suami saya lagi di jalan mau jemput."
Si pegawai wanita mengatakannya dengan sangat ramah, tanpa maksud menyinggungnya. Tapi Nail merasa begitu tertusuk. Senyumnya langsung berubah masam.
"Nah, itu sudah datang. Dia baru lepas piket malam juga. Tapi males ikut apel disini, jadi nunggu di kantor sebelum jemput kesini. Saya duluan ya, Mas. Permisi."
Pegawai wanita itu tersenyum ramah lagi, mengangguk pelan lalu berjalan menuju suaminya. Seragam yang sama dengan yang kukenakan sekarang. Pegawai wanita itu pun pergi bersama suaminya.
Nail tertawa masam. Ia kembali menertawakan dirinya sendiri. Kenapa ini tak terpikirkan olehnya sebelumnya. Sebelum begitu tertarik dan antusias dengan wanita itu. Kejadiannya menjadi tampak lucu, namun sekaligus menusuknya. Hahaha. Takdir sekali lagi memang tak berpihak padanya. Akhirnya ia pun segera pulang dan melupakannya. Ia sudah terlalu lelah dan benar-benar butuh tidur.
____________________________________________
Cerpen plot twist lainnya, silahkan dibaca......
Cerpen Plot Twist : Antara Ada dan Tiada
Regu piket jaga semalam telah begadang dan tidak tidur untuk mempersiapkan semuanya. Nail, salah satu petugas jaga nampak sangat mengantuk dan lelah. Seharusnya ia bisa pulang selepas piket malam. Tapi pagi ini harus mengikuti apel terlebih dahulu. Nail berjalan keluar menuju kantin. Sepertinya ia membutuhkan secangkir kopi dan sarapan untuk mengembalikan tenaganya. Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum gladi dan apel dimulai. Nail berjalan dengan gontai dan sesekali menguap.
Tiba-tiba Nail hampir menabrak seorang pegawai wanita dari UPT lain. Ia segera sedikit bergeser agar pegawai tersebut bisa lewat. Tapi ternyata wanita tersebut bergeser ke arah yang sama. Kejadian ini berulang tiga kali. Mereka pun berpandangan dan tertawa. Akhirnya Nail merapatkan diri ke dinding dan mempersilahkan si wanita lewat. Pegawai wanita itu pun tersenyum dan mengangguk pelan sebelum berjalan melewati Nail.
Di kantin, segelas kopi panas sedikit menyegarkan kembali matanya yang mengantuk dan beberapa potong pisang goreng untuk sarapan pagi. Nail tersenyum sendiri mengingat kejadian di dekat pintu masuk tadi. Entah kenapa senyum wanita tersebut masih membekas di benaknya. Ia jadi penasaran dari UPT mana wanita tersebut. Jam telah menunjukkan pukul tujuh tiga puluh. Nail segera menghapus senyum wanita tersebut dari pikirannya. Ia menyelesaikan sarapannya dan kembali masuk ke Lapas menuju lapangan.
Di lapangan sudah ramai pegawai dari beberapa UPT bersiap untuk berbaris. Nail mengambil barisan di bagian belakang. Ia malas untuk baris di depan. Kemudian tak sengaja ia melihat tampak belakang mirip dengan wanita tadi di barisan pegawai dari LPKA. Nail yakin itu wanita yang tadi, ia ingat bentuk kerudungnya. Entah kenapa dia merasa begitu tertarik dan terus memperhatikannya.
Apel pun dimulai dan berjalan dengan khidmat. Nail tampak tak terlalu fokus dengan apel ini. Ia masih sesekali mencuri pandang ke arah barisan pegawai LPKA. Hingga apel pun selesai. Komandan apel membubarkan barisan. Kondisi lapangan menjadi sangat riuh ramai. Nail kehilangan pandangan dari wanita tadi. Ia melihat ke segala penjuru lapangan. Sayangnya lapangan terlalu ramai dan ia tak menemukannya.
Nail menunggu di pinggir lapangan, masih berharap dapat menemukan pegawai wanita tadi. Dia merasa sangat antusias untuk berkenalan dengan wanita itu. Lima menit mencari, tapi si wanita tak kunjung terlihat lagi. Nail tersenyum masam. Ia menertawakan dirinya sendiri kenapa terlalu tertarik dengan wanita yang belum ia ketahui namanya dan sampai membuatnya menunggu dan mencari. Tapi takdir belum berpihak padanya.
Akhirnya Nail berusaha melupakan. Ia memutuskan untuk segera pulang karena rasa kantuknya kembali datang. Saat akan menuju parkiran, ia malah menemukannya. Ternyata takdir masih berpihak. Kantuknya tiba-tiba menghilang. Ia melihat wanita itu berdiri sendirian di dekat gerbang, sepertinya sedang menunggu. Dengan berani, Nail menghampiri dan menyapanya.
"Hai mbak, maaf tadi pagi hampir nabrak. Oh ya, kenalin aku Nail, pegawai Lapas sini." Ia menyodorkan tangan untuk berjabat.
Tapi sayangnya si wanita tak menyambut tangannya dan hanya mengangguk pelan sambil menyebutkan nama dan asal UPTnya. Tapi itu tak menyurutkan niatnya untuk terus mengobrol dengannya. Dari tadi ia sudah mencari-cari. Jadi kesempatan ini takkan dilewatkannya.
"Sendirian aja mbak, belum balik ke kantornya? Atau mau aku anterin?"
Nail berusaha tersenyum seramah mungkin, menunjukkan bahwa dirinya hanya bermaksud baik. Tapi dalam benaknya ia menertawakan dirinya sendiri kenapa bisa senekat ini. Sebenarnya dia sudah tahu jawabannya, pasti tidak. Mana mungkin wanita ini mau pergi dengan orang yang baru dikenalnya. Tapi ternyata jawaban pegawai wanita ini benar-benar tak terpikirkan olehnya sebelumnya.
"Makasih, Mas. Tapi saya nunggu suami saya lagi di jalan mau jemput."
Si pegawai wanita mengatakannya dengan sangat ramah, tanpa maksud menyinggungnya. Tapi Nail merasa begitu tertusuk. Senyumnya langsung berubah masam.
"Nah, itu sudah datang. Dia baru lepas piket malam juga. Tapi males ikut apel disini, jadi nunggu di kantor sebelum jemput kesini. Saya duluan ya, Mas. Permisi."
Pegawai wanita itu tersenyum ramah lagi, mengangguk pelan lalu berjalan menuju suaminya. Seragam yang sama dengan yang kukenakan sekarang. Pegawai wanita itu pun pergi bersama suaminya.
Nail tertawa masam. Ia kembali menertawakan dirinya sendiri. Kenapa ini tak terpikirkan olehnya sebelumnya. Sebelum begitu tertarik dan antusias dengan wanita itu. Kejadiannya menjadi tampak lucu, namun sekaligus menusuknya. Hahaha. Takdir sekali lagi memang tak berpihak padanya. Akhirnya ia pun segera pulang dan melupakannya. Ia sudah terlalu lelah dan benar-benar butuh tidur.
____________________________________________
Cerpen plot twist lainnya, silahkan dibaca......
Cerpen Plot Twist : Antara Ada dan Tiada
No comments:
Post a Comment