15 Oktober tepat setahun lalu, pindah ke tempat baru. Sesungguhnya bukan tempat yang baru, karena dari kecil sudah biasa kesitu. Kuliah juga magang disitu.
Suasana baru. Lingkungan baru. Teman-teman baru. Tugas-tugas baru. Beban baru. Adaptasi lagi. Gelisah, takut, sedih, kesal, marah, benci, pasrah.
Terpaksa. Dipaksa. Sudah ikhlas? Entahlah. Masih berusaha menerima. Banyak pelajaran didapat setelah semua rasa sakit itu perlahan tertutup.
Tertutup? Atau hilang? Entahlah. Ada hikmah di balik setiap kejadian. Masih mencoba mengumpulkan setiap kepingan hikmah untuk menutup luka.
Terima kasih saat itu ada yang menemani dan menasehati. Mengisi waktu saat gelisah, takut, bingung, dan sendirian, membunuh bosan. Yang menguatkanku untuk ikhlas. Terima kasih meski sekarang ia telah pergi menjauh.
Sekarang tepat setahun berlalu. Setahun yang penuh pelajaran dan pengalaman baru. Berbeda antara tempat lama dan baru. Sama-sama mengajarkanku.
Dan kebetulan nota dinas akan segera benar-benar menjadi SK. Akan benar-benar pindah. Sah. Tak lagi menjadi bagian dari tempat lama. Tapi semuanya takkan terlupa.
Mungkin ada satu hal yang tak bisa lagi kurasakan. Kebanggaanku menjadi bagian dari Polsuspas. Dengan bangga kusebut kerja di Lapas. Tak bisa lagi.
Meski tempat sekarang masih sangat berhubungan, bahkan lebih tinggi naungannya, di Kanwil. Tapi entahlah, tak se-special menjadi pegawai Lapas, menjadi Polsuspas.
Tapi di kanwil, banyak juga pengalaman baru yang (mungkin) tak bisa kudapat di tempat lama. Aku bisa keliling ke lapas rutan di daerah, bisa berangkat ke kota lain kegiatan dari pusat, dan yang paling berharga ilmu agamaku bertambah karena bersama teman-teman yang sedang belajar mengikuti sunnah. Alhamdulillah.
Semua tempat sama. Bersyukurlah. Ikhlaslah. Insya Allah. Terima kasih untuk semuanya. Tempat baru dan lama. Terima kasih juga untuk yang memaksa.
Aku tau ini semua demi kebaikanku. Meski kau mengabaikan penolakan kerasku. Maaf hingga sekarang aku masih belajar ikhlas menerima keputusanmu. Terima kasih Ibu. Maafkan aku.
Suasana baru. Lingkungan baru. Teman-teman baru. Tugas-tugas baru. Beban baru. Adaptasi lagi. Gelisah, takut, sedih, kesal, marah, benci, pasrah.
Terpaksa. Dipaksa. Sudah ikhlas? Entahlah. Masih berusaha menerima. Banyak pelajaran didapat setelah semua rasa sakit itu perlahan tertutup.
Tertutup? Atau hilang? Entahlah. Ada hikmah di balik setiap kejadian. Masih mencoba mengumpulkan setiap kepingan hikmah untuk menutup luka.
Terima kasih saat itu ada yang menemani dan menasehati. Mengisi waktu saat gelisah, takut, bingung, dan sendirian, membunuh bosan. Yang menguatkanku untuk ikhlas. Terima kasih meski sekarang ia telah pergi menjauh.
Sekarang tepat setahun berlalu. Setahun yang penuh pelajaran dan pengalaman baru. Berbeda antara tempat lama dan baru. Sama-sama mengajarkanku.
Dan kebetulan nota dinas akan segera benar-benar menjadi SK. Akan benar-benar pindah. Sah. Tak lagi menjadi bagian dari tempat lama. Tapi semuanya takkan terlupa.
Mungkin ada satu hal yang tak bisa lagi kurasakan. Kebanggaanku menjadi bagian dari Polsuspas. Dengan bangga kusebut kerja di Lapas. Tak bisa lagi.
Meski tempat sekarang masih sangat berhubungan, bahkan lebih tinggi naungannya, di Kanwil. Tapi entahlah, tak se-special menjadi pegawai Lapas, menjadi Polsuspas.
Tapi di kanwil, banyak juga pengalaman baru yang (mungkin) tak bisa kudapat di tempat lama. Aku bisa keliling ke lapas rutan di daerah, bisa berangkat ke kota lain kegiatan dari pusat, dan yang paling berharga ilmu agamaku bertambah karena bersama teman-teman yang sedang belajar mengikuti sunnah. Alhamdulillah.
Semua tempat sama. Bersyukurlah. Ikhlaslah. Insya Allah. Terima kasih untuk semuanya. Tempat baru dan lama. Terima kasih juga untuk yang memaksa.
Aku tau ini semua demi kebaikanku. Meski kau mengabaikan penolakan kerasku. Maaf hingga sekarang aku masih belajar ikhlas menerima keputusanmu. Terima kasih Ibu. Maafkan aku.
No comments:
Post a Comment