Kembali melanjutkan kisah lama. Udah lewat setahun, tapi ceritanya ga rampung-rampung. Mumpung kali ini niat nulis lagi ada. Berikut ini link sebelumnya:
Ujian Berat di Ruang ICU
Aku terbangun tersentak, selang yang masuk lewat mulut terasa menutup tenggorokan, membuatku sesak, susah untuk bernafas. Aku belum bisa menyesuaikan diri dengan alat bantu pernafasan yang terpasang. Badanku meronta tapi tangan kakiku gak bisa digerakkan. Aku masih setengah sadar, mataku belum benar-benar terbuka. Tapi aku bisa mendengar suara-suara dokter dan perawat yang menyuruhku tenang.
Dokter : Tenang, nafas kayak biasa. Nafas aja. Jangan ditelen selangnya.
Dengan kondisi masih setengah sadar, lemah, dan kesakitan, dalam hati mendadak emosi denger dokter yang masih sempatnya bercanda makan selang. Dalam hati rasanya teriak "Ya Allah gimana mau nafas, nyangkut di tenggorokan, sakit." Air mata mulai mengalir. Setelah beberapa lama, akhirnya aku mulai bisa menyesuaikan diri bernafas denan alat. Aku mulai tenang. Tapi tetap terasa sakit karena selang yang nyangkut di tenggorokan.
Saat kondisiku sudah mulai benar-benar sadar. Aku mulai bisa melihat kondisi ruangan. Pikiranku mulai menyebar kemana-mana. Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Inikah ruang ICU? Mana ibu ayah? Apa aku jadi dioperasi?