Terinspirasi dari kisah di instagram stories @sundarihana yang lebih dikenal sebagai bulek Hana, buleknya si Kirana @retnohening, tentang Janji Manis dari seseorang di masa lalunya jaman SMA. Kejadiannya delapan tahun silam, tahun 2010, Hana sedang makan dengan seorang teman cowok. Lalu si cowok nanya, "Tahun 2018 Pak Sukis (Ayah Hana) masih tinggal di Duri, Han?" "Iya, kenapa?", jawab Hana. "Tahun 2018 mau kesana ngelamar anaknya." Ternyata si cowok janji akan datang melamar ke rumah menemui orang tuanya pada tahun 2018. Terdengar manis kan, apalagi bagi cewek-cewek yang masih berseragam putih abu-abu. Tentulah kalimat itu menumbuhkan benih-benih virus merah jambu. Walau nyatanya tahun 2018, mereka tak bersatu. Mereka menikah dengan pasangan masing-masing yang berbeda.
Skip. Ini bukan kisah tentang mereka. Kali ini tentang Dinda dan Rian. Dengan janji manis yang serupa tapi tak sama. Entahlah ini bisa disebut janji manis juga atau bukan. Kejadiannya belum terlalu lama. Tiga tahun silam. Dulu mereka sempat dekat. Lalu kemudian menjauh begitu saja.
Malam itu Rian minta tolong sesuatu. Dinda pun bertanya minta tolong apa, kalau bisa ya dibantu. Dinda bener-bener gak kepikiran maksudnya minta tolong apa. Dan ternyata Rian minta tolong untuk jaga jarak. Sebenernya mereka gak benar-benar dekat, hanya komunikasi yang terlalu intens. Dan Rian gak mau ini berlarut semakin jauh karena mereka sama-sama berprinsip untuk menjaga diri dari lawan jenis. Dan Dinda sependapat, yang Rian bilang memang benar.
Malam itu mulai terbuka sedikit "rahasia" tentang perasaan. Rian menyebutnya dengan istilah rahasia. Dia mengungkapnya dengan kata-kata yang halus, "tahap nyaman". Dia takut rasa nyaman ini kebablasan jadi rasa yang seharusnya belum boleh ada. Karena dia belum siap untuk melangkah ke arah yang lebih serius. Jadi lebih baik jaga jarak dulu sampai diri masing-masing siap dan pantas.
Skip. Ini bukan kisah tentang mereka. Kali ini tentang Dinda dan Rian. Dengan janji manis yang serupa tapi tak sama. Entahlah ini bisa disebut janji manis juga atau bukan. Kejadiannya belum terlalu lama. Tiga tahun silam. Dulu mereka sempat dekat. Lalu kemudian menjauh begitu saja.
Malam itu Rian minta tolong sesuatu. Dinda pun bertanya minta tolong apa, kalau bisa ya dibantu. Dinda bener-bener gak kepikiran maksudnya minta tolong apa. Dan ternyata Rian minta tolong untuk jaga jarak. Sebenernya mereka gak benar-benar dekat, hanya komunikasi yang terlalu intens. Dan Rian gak mau ini berlarut semakin jauh karena mereka sama-sama berprinsip untuk menjaga diri dari lawan jenis. Dan Dinda sependapat, yang Rian bilang memang benar.
Malam itu mulai terbuka sedikit "rahasia" tentang perasaan. Rian menyebutnya dengan istilah rahasia. Dia mengungkapnya dengan kata-kata yang halus, "tahap nyaman". Dia takut rasa nyaman ini kebablasan jadi rasa yang seharusnya belum boleh ada. Karena dia belum siap untuk melangkah ke arah yang lebih serius. Jadi lebih baik jaga jarak dulu sampai diri masing-masing siap dan pantas.
Lalu Rian juga minta satu hal konyol kepada Dinda. Nah, mungkin seharusnya ini disebut janji konyol bukan janji manis. Hahaha. Rian meminta Dinda menjaga diri sampai Rian telah merasa siap menemui orang tua Dinda. Nyess banget kan dengernya. Atau malah beneran terdengar konyol kwkwkw. Tentunya bagi Dinda itu adalah hal yang menyentuh.
Kemudian malam itu mereka berpamitan untuk saling jaga jarak. Tapi keesokan malamnya malah Rian masih mengirim pesan. Lahh kok, Dinda bingung mesti bales apa engga. Lahh ternyata Dinda salah paham. Maksudnya Rian ngurangin komunikasi bukan bener-bener menjauh. Dan setelah itu mereka malah semakin dekat, apalagi sudah sama-sama tau "rahasia". Kepalang basah katanya.
Kemudian malam itu mereka berpamitan untuk saling jaga jarak. Tapi keesokan malamnya malah Rian masih mengirim pesan. Lahh kok, Dinda bingung mesti bales apa engga. Lahh ternyata Dinda salah paham. Maksudnya Rian ngurangin komunikasi bukan bener-bener menjauh. Dan setelah itu mereka malah semakin dekat, apalagi sudah sama-sama tau "rahasia". Kepalang basah katanya.
Singkat cerita, beberapa bulan kemudian. Semuanya berhenti. Ya, mereka berhenti komunikasi karena hal yang membingungkan. Entahlah. Dinda galau, pastinya. Begitulah wanita. Butuh waktu untuk melupakan. Mungkin bukannya melupakan, hanya berusaha menerima apa yang terjadi dengan sikap biasa. Hingga akhirnya Dinda tak lagi memikirkan janji manis yang pernah terkata. Janji manis itu perlahan terkubur dalam angannya.
Tiga tahun berlalu. Kini harapan itu seolah tumbuh kembali dalam angan Dinda. Saat Rian nampak beberapa kali menuliskan "sesuatu" di status sosmednya yang membuat Dinda merasa.... hemm bingung memilih kata yang tepat. Dinda merasa "disebut" atau istilah jaman sekarang "dikodein". Mungkin Dinda yang masih mengharap atau dasar wanita memang gampang baperan. Dinda sebenarnya juga gak terlalu yakin itu tentangnya. Mungkin ini hanya perasaan Dinda aja yang menghubung-hubungkan janji manis masa lalu dengan yang sekarang.
Dinda juga gak berani berharap banyak. Mungkin bukan maksudnya mengharap. Hanya saja dia merasa tersentil. Padahal belum tentu juga update sosmed Rian itu berkaitan dengan dirinya. Ya sudahlah. Biarlah Dinda hanya ingin kembali mengenang janji manis / janji konyol yang sempat terkubur dalam angannya.
Andai Rian tau bahwa dia telah menggali kembali angan Dinda, jika ternyata hal itu gak ada hubungan sama sekali dengan Dinda, mungkin Rian akan berpikir bahwa Dinda adalah cewek yang terlalu ke-geer-an. Tapi kalau ternyata benar, akankah semakin meyakinkan Rian? Dinda pun gak bisa membayangkannya. Sudahlah. Memang harus dibiarkan berjalan begini adanya. Biarlah waktu yang suatu saat kan menjawab.
Tiga tahun berlalu. Kini harapan itu seolah tumbuh kembali dalam angan Dinda. Saat Rian nampak beberapa kali menuliskan "sesuatu" di status sosmednya yang membuat Dinda merasa.... hemm bingung memilih kata yang tepat. Dinda merasa "disebut" atau istilah jaman sekarang "dikodein". Mungkin Dinda yang masih mengharap atau dasar wanita memang gampang baperan. Dinda sebenarnya juga gak terlalu yakin itu tentangnya. Mungkin ini hanya perasaan Dinda aja yang menghubung-hubungkan janji manis masa lalu dengan yang sekarang.
Dinda juga gak berani berharap banyak. Mungkin bukan maksudnya mengharap. Hanya saja dia merasa tersentil. Padahal belum tentu juga update sosmed Rian itu berkaitan dengan dirinya. Ya sudahlah. Biarlah Dinda hanya ingin kembali mengenang janji manis / janji konyol yang sempat terkubur dalam angannya.
Andai Rian tau bahwa dia telah menggali kembali angan Dinda, jika ternyata hal itu gak ada hubungan sama sekali dengan Dinda, mungkin Rian akan berpikir bahwa Dinda adalah cewek yang terlalu ke-geer-an. Tapi kalau ternyata benar, akankah semakin meyakinkan Rian? Dinda pun gak bisa membayangkannya. Sudahlah. Memang harus dibiarkan berjalan begini adanya. Biarlah waktu yang suatu saat kan menjawab.
No comments:
Post a Comment